Melchior Vito Karyadi

2045 Indonesia (C)emas?

Data Kementerian Ketenagakerjaan pada 2023 menjelaskan bahwa "jumlah lowongan pekerjaan yang muncul setiap tahun jauh dibawah orang yang tercatat aktif mencari pekerjaan". Data tersebut juga menjelaskan bahwa pencari kerja memiliki jumlah 6 kali lipat dibandingkan jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia.

Data dari Badan Pusat Statistik Nasional juga memperkuat dengan angka jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2024 yaitu sebesar 7,47 juta jiwa. Kemungkinan peningkatan pada 2025 yaitu sebesar 4 juta calon pekerja (dari lulusan SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi/Sarjana), sehingga dapat mencapai 11,47 juta jiwa apabila ditotalkah pesaing antar pencari kerja di Indonesia.

Saat ini, masalah pengangguran tersebut diperparah dengan PHK besar-besaran di beberapa perusahaan besar di Indonesia. Juga, banyak perusahaan asing yang takut membuka usaha di Indonesia akibat adanya warga sekitar yang meminta dana secara memaksa kepada perusahaan asing tersebut. Ditambah, perkembangan kemampuan pekerja yang tidak mampu bersaing dalam bidang teknologi akibat perkembangan teknologi yang pesat juga menjadi faktor penghambat.

Dalam data yang diambil dari World Economic Forum's (WEF) dengan tajuk Future of Jobs Report di tahun 2025 terdapat sekitar 85 juta pekerjaan yang akan hilang akibat perkembangan teknologi yang pesat. Hal ini menjadi ancaman baru bagi para pencari pekerja, dimana mereka harus mampu untuk beradaptasi dengan perkembangan yang ada agar bisa mengikuti pekerjaan yang ada.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu peran yang sangat besar dalam perkembangan suatu negara. Apabila kualitas SDM dalam suatu negara tersebut baik, maka negara tersebut akan mampu bersaing dengan negara-negara lain, namun apabila tidak maka sebaliknya negara tersebut akan tertinggal dibawahnya.

Data dari World Population Review pada tahun 2024 mencatat rata-rata IQ masyarakat Indonesia yaitu hanya sebesar 78.49. Angka yang sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan sebagainya. PISA juga memberikan data bahwa tingkat pendidikan di Indonesia sangat jauh tertinggal yaitu lebih dari 128 tahun. Kualitas pendidikan di Indonesia juga dicerminkan setara dengan negara-negara miskin di Afrika.

Kualitas SDM di Indonesia dapat dinilai dari kualitas pendidikannya, apabila kualitas pendidikannya baik maka seharusnya lulusan dari pendidikan tersebut akan memberikan hasil yang baik juga, namun dari dahulu sampai saat ini Indonesia masih diterjang masalah besar yaitu korupsi. Kasus korupsi sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia karena uang yang di anggarkan oleh negara seharusnya dapat digunakan dengan baik yaitu untuk keperluan peningkatan fasilitas pendidikan, membiayai/gaji guru, serta membantu siswa tidak mampu untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih layak. Namun, korupsi di Indonesia terutama dalam bidang pendidikan merupakan kasus korupsi dengan tingkat 5 besar dari seluruh bidang korupsi di Indonesia.

Pendidikan yang tidak layak dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat, banyak masyarakat Indonesia yang masih tidak mengerti membaca/menulis. Hal tersebut juga menciptakan pengangguran, semakin lama individu tersebut menganggur maka semakin dirinya merasa nyaman dengan keadaannya tersebut. Hal tersebut menjadi dampak buruk, karena individu tersebut tidak memiliki rasa ingin lagi untuk berkembang atau mengembangankan kemampuan dalam diri.

Media sosial yang memberikan konten-konten negatif juga menjadi dampak buruk lain sebagai penghambat peningkatan kualitas SDM di Indonesia. konten-konten negatif saat ini sangat mudah ditemui oleh anak-anak dibawah umur, bahkan para orang tua juga tidak mengawasi konten apa yang dibuka oleh anaknya. Tiktok menjadi salah satu platform pembawa konten negatif bagi generasi penerus bangsa. Apabila pemerintah dan orang tua tidak dapat mengambil langkah yang baik, maka otak anak-anak yang menjadi generasi penerus akan tergerus ombak konten negatif tersebut.

2045 Indonesia Emas

Pemerintah Indonesia telah menetapkan tahun 2045 sebagai masa keemasan Indonesia menjelang 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Namun sampai saat ini keadaan ekonomi dan keadaan lingkungan sosial dan masyarakat masih belum menunjukan perkembangan baik. Tahun 2025 (20 tahun sebelum Indonesia Emas) Indonesia masih mengalami penurunan ekonomi akibat inflasi dengan tingkat yang besar, masih banyak juga masyarakat yang belum bekerja akibat berbagai aspek.

Kesimpulan

Kualitas pendidikan yang masih buruk, tingkat pengangguran yang terus melambung tinggi, kualitas SDM Indonesia yang tidak baik-baik saja akibat kualitas pendidikan dan perkembangan teknologi, sampai dengan kasus korupsi yang terus ada menjadi beberapa faktor penghalang dalam perkembangan masyarakat Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Pemerintah seharusnya mengambil langkah yang lebih tegas dengan memberikan sanksi yang setimpal dengan kerugian yang para koruptor buat kepada jutaan masyarakat Indonesia. Pemerintah juga memberikan langkah strategis lainnya, contohnya dengan memberikan pendidikan gratis bukan hanya memberikan makan siang gratis, masih banyak orang tua khawatir dengan kualitas MBG (Makan Bergizi Gratis) yang diberikan oleh pemerintah. Percuma saja apabila pemerintah hanya memberikan makan bergizi tanpa diberikan pendidikan yang bergizi bagi otak generasi muda sebagai generasi yang akan menjadi penggerak pada tahun 2045 mendatang.

Powered by wisp

4/16/2025
© Melchior Vito Karyadi 2025 |Support Me!